Unsika Gelar Seminar Literasi Budaya Bertema Kearifan Lokal dan Digitalisasi

Unsika Gelar Seminar Literasi Budaya Bertema Kearifan Lokal dan Digitalisasi

Karawang, Jpnnewss.com Dunia saat ini sedang menghadapi berbagai krisis besar yang saling berkaitan: krisis iklim, pangan, energi, hingga krisis moral dan sosial akibat disrupsi digital. Di tengah pusaran global itu, masyarakat daerah seperti Karawang juga merasakan dampaknya secara langsung.

Krisis lingkungan yang mengancam sektor pertanian, ketergantungan terhadap bahan pangan impor, dan kesenjangan sosial akibat ketimpangan ekonomi digital menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi bersama.

Berangkat dari keprihatinan itu, Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) menggelar Seminar Nasional bertema “Kearifan Lokal dan Digitalisasi: Tantangan dan Peluang Pelestarian Budaya di Tengah Krisis Global” di Gedung FISIP Unsika, 24 Oktober ini.

Kegiatan tersebut menghadirkan budayawan dan penulis asal Karawang, Asep R. Sundapura, yang selama ini dikenal aktif memperjuangkan nilai-nilai budaya Sunda sebagai fondasi pembangunan manusia dan masyarakat di era modern.

Dalam paparannya, Asep menegaskan bahwa kearifan lokal bukanlah sesuatu yang kuno atau tertinggal, melainkan sumber nilai yang bisa menjadi pedoman hidup menghadapi perubahan dunia.

Ia memandang, Karawang sebagai daerah industri dan pertanian berada di titik kritis antara modernitas dan tradisi. Jika tidak mampu menjaga keseimbangan, maka daerah ini berpotensi kehilangan akar budayanya sekaligus arah pembangunannya.

“Kita harus memahami, kemajuan itu bukan berarti meninggalkan akar. Justru budaya lokal bisa menjadi penuntun agar digitalisasi dan pembangunan tetap manusiawi,” ujarnya.

Asep kemudian mengulas kembali nilai-nilai dari naskah Sunda kuno seperti Waruga Lemah dan Sewakadarma yang mengajarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan kehidupan sosial. Dalam Waruga Lemah misalnya, hubungan manusia dengan alam digambarkan sebagai ikatan spiritual yang menuntut rasa hormat dan tanggung jawab.

Sementara dalam Sewakadarma, terdapat ajaran penting mengenai etos kerja, kejujuran, dan kesederhanaan—nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar ketahanan ekonomi masyarakat masa kini.

“Dulu, orang Sunda diajarkan ‘ngawula kalayan darma’, bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas. Itu adalah bentuk ekonomi berbasis moralitas yang kini mulai hilang,” tutur Asep.

Ia juga menyoroti kearifan gastronomi lokal sebagai bagian penting dari ketahanan pangan. Menurutnya, tradisi kuliner Sunda tidak hanya berbicara soal rasa, tetapi juga tentang filosofi hidup yang menghargai alam dan keberlanjutan.

 Penggunaan bahan pangan lokal seperti singkong, jagung, dan talas, serta prinsip ulah ngabuang dahareun (tidak membuang makanan), mencerminkan kesadaran ekologis yang tinggi.

“Ketahanan pangan bukan hanya urusan produksi, tapi juga kesadaran kita terhadap apa yang kita makan. Dapur tradisional Sunda sebenarnya menyimpan solusi ekologis yang sangat modern,” katanya.

Di sisi lain, Asep tidak menolak arus digitalisasi. Baginya, teknologi justru bisa menjadi ruang baru untuk pelestarian budaya jika dikelola dengan bijak. Media sosial, platform video, dan aplikasi edukasi bisa dimanfaatkan sebagai sarana dokumentasi dan promosi nilai-nilai lokal.

Ia mendorong generasi muda Karawang untuk menjadi panglawungan digital agen budaya yang mampu mengangkat kembali nilai-nilai Sunda di ruang digital secara kreatif dan beretika.

“Jangan biarkan dunia digital hanya diisi oleh konten hiburan. Budaya kita bisa hidup di sana kalau kita mau mengisinya,” ujarnya bersemangat.

Seminar ini dihadiri oleh dosen, dan mahasiswa,. Para peserta sepakat bahwa pelestarian budaya lokal harus berjalan seiring dengan transformasi digital.

Pihak akademisi Unsika juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara kampus dan komunitas budaya dalam penguatan literasi budaya dan inovasi digital berbasis lokalitas.

Melalui kegiatan ini, Unsika tidak hanya menjadi ruang akademik, tetapi juga menjadi wadah refleksi bagi generasi muda Karawang untuk menatap masa depan tanpa kehilangan jati diri. Dalam penutupnya, Asep R. Sundapura berpesan,

“Di tengah krisis global, kita tidak perlu kehilangan arah. Pegang akar budaya, kuasai teknologi, dan jadilah manusia Sunda yang bijak di era digital.”

(Aisah)

Olahraga

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Karawang mulai bersiap menghadapi Pekan Olahraga Provinsi

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Karawang mulai bersiap menghadapi Pekan Olahraga Provinsi

KARAWANG – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Karawang mulai bersiap menghadapi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Barat 2026. Meski

Advertisement